Thursday, 10 August 2017

Sabtu Belajar Bersama Kak Iman Usman Edisi Juli

Seperti yang pernah dijelaskan pada beberapa tulisan sebelumnya, bahwa founder-nya Ruang Guru Kak Iman Usman mengajak teman-teman untuk berbagi apa saja ilmu yang didapat baik itu dari membaca buku, mendengarkan audio, menonton film dan sebagainya, kemudian posting di Instagram teman-teman pada setiap hari sabtu.

Banyak anak-anak muda Indonesia yang ikut berpartisipasi dalam kegiatan #sabtubelajar ini. Dan akun Instagram Generasi Belajar juga merupakan salah satu yang turut berpartisipasi untuk berbagi ilmu pada program ini.

Nggak terasa, ternyata program #sabtubelajar ini sudah memasuki 4 minggu alias satu bulan. Maka dari itu tim Generasi Belajar berinisiatif untuk mengumpulkan seluruh konten yang di update di Instagram Kak Iman Usman tersebut untuk dikumpul menjadi sebuah artikel pada postingan ini. 

Kumpulan postingan sejak minggu pertama bulan juli itu adalah sebagai berikut:

Minggu ke #1: '9 Things Successful People do Differently' by Heidi Grant Halvorson
Mungkin kita sering bertanya, kenapa sih ada orang yang berhasil mencapai tujuannya, dan kenapa ada yang gagal? Ada yang berbeda gak sih? Jadi ada penelitiannya nih.

Nah, lewat tulisan Halvorson yang kebetulan juga mengajar di Columbia University ini, yang diulas oleh Harvard Business Review, dijelaskan bahwa ada 9 hal yang orang 'sukses' lakukan yang berbeda dengan orang rata-rata. Pada post kali ini, saya akan cerita cuma beberapa di antaranya.

Get Specific. Intinya dia bilang, kita harus spesifik sama apa yang kita mau dan juga harus spesifik ketika berpikir tentang langkah-langkah yang mau kita lakukan untuk mencapainya. Misalnya, nggak cukup cuma bilang "saya mau jadi orang pintar". Tapi musti lebih spesifik lagi, misalnya "saya mau baca 1 buku setiap bulannya". Bilang "saya mau turun berat badan 5kg" lebih baik ketimbang "saya mau turunin berat badan". Setelah itu, kita juga harus spesifik ketika berpikir tentang rintangan-rintangan apa aja yang mungkin jadi penghalang. Ada strategi yang disebut 'mental contrasting-musti bolak balik membayangkan di kepala hal positif apa yang terjadi jika tujuan kita berhasil & penghalang apa yang mungkin akan muncul. Nah dengan mental contrasting, harusnya udah bisa jadi lebih jelas kamu mau ngapain selanjutnya!

Be realistic optimist. Punya tujuan bagus, tapi jangan sampai kita meremehkan betapa sulitnya juga buat mencapai itu. Ada banyak motivator dan penulis sesat yang suka bilang "cukup percaya aja bahwa sukses akan dengan mudah datang ke kita, ketika percaya". Gini loh, optimisme itu bagus dan penting. Tapi bukan berarti, kita jadi menyederhanakan bahwa tiba-tiba semseta akan mewujudkan mimpi kita. ada caveat nya yang sering kali terlewatkan: bahwa untuk jadi sukses, kita harus paham bahwa ada perbedaan fundamental antara "percaya bahwa kita akan sukses" dgn "percaya bahwa kita akan sukses dengan mudah". Kita musti jadi realistict optimist - percaya bahwa sukses terjadi karena hal-hal seperti: usaha, perencanaan yang baik, kegigihan, dan pilihan strategi yang tepat. Nggak berhenti di percaya aja, tapi itu semua juga dikerjakan. 
Sisanya apa lagi? Coba baca sendiri!
Kamu belajar apa minggu ini?
#sabtubelajar 

Minggu ke #2: Product Leadership by Richard Banfield, Martin Eriksson & Nate Walkingshaw
Buku-buku yang saya baca minggu ini rada teknis, jadi mungkin sharing kali ini lebih reflektif ketimbang 'isi' nya ya. Salah satu buku yang sudah dituntaskan adalah 'Product Leadership (yang lain masih in progress). Buku ini tergolong baru, baru dirilis juni 2017. Jadi Saya nggak yakin apakah buku ini sudah bisa diperoleh di toko buku di Indonesia. Kebanyakan buku yang negbahas soal 'product' biasanya fokus ngebahas framework ataupun case studies, tapi nggak banyak yang ngejelasin apa sih yang sebenarnya dilakukan oleh seorang Product Manager/Chief of Producy (Product Leadership) - what's actually happening in the product team. Apalagi di konteks Indonesia, nggak banyak C-level yang paham, tim produk itu ngapain. Jangankan C-level, beda company, pahamnya juga bisa beda-beda.

Sebagai CPO yang juga sedang belajar (apalagi nggak punya latar belakang pendidikan formal yang relevan), buku ini cukup membantu. Karena kontennya adalah hasil dari interview dengan 50 orang yang menjalani hal serupa (product leadership di Uber, Airbnb, dll).

Karena bukunya rada teknis (sampe ngejelasin soal sejarah product leadership loh!), jadi saya share aja  sedikit yang lumayan nyantol banget. Jadi tim pruduk itu bukan cuma UX, bukan cuma teknologi, atau cuma bisnis. Jadi tim produk itu adalah intersection dari ketiganya - makanya idealnya mereka yang ada memimpin produk adalah mereka yang setidaknya "passionate in at least one, understand in at least two, and conversant in all three". Dalam konteks di Indonesia, biasanya sulit untuk punya individu dalam tim yang paham ketiga aspek tersebut dengan baik, oleh karena itu di @ruangguru, saya coba bikin 'Product' jadi sebuah working group ketimbang sebuah Departemen sendiri. Hasilnya gimana? Nggak tau juga sih! Baru mulai nyobain. :D

Kamu baca buku apa minggu ini, yuk berbagi dengan hastag #sabtubelajar. Jangan lupa tag saya!


Minggu ke #3: The Dip by Seth Godin
Untul edisi #sabtubelajar minggu ini, saya menuntaskan buku 'The Dip' dari Seth Godin, yang mengajarkan tentang kapan saatnya kita untuk mundur (quit) dan kapan saatnya kita untuk tetap stick sama apa yang kita jalani.

Buku ini langsung nendang, karena di halaman pertamanya langsung menegasi kutipan populernya Vince Lombardi, "Quitters never win, winners never quit". Godin bilang itu nasihat yang salah. Menurutnya, "winners quite all the time". Godin melanjutkan bahwa ada tiga kurva yang menjelaskan hampir semua situasi yang pasti akan ktia hadapi ketika ingin meraih sesuatu.

Kurva pertama: THE DIP. Saat memulai sesuatu, biasanya kita semangat banget. Hari-hari atau minggu awal biasanya kita merasakan energi yang luar biasa, belajar banyak hal dan ini biasanya membuat kita tetap stay. Namun, seiring berjalannya waktu THE DIP terjadi. THE DIP adalah jarak yang panjang antara 'starting' dan 'mastery'. The DIP bisa jadi adalah birokrasi yang kita temui, bisa jadi adalah hal yang bikin beda antara 'pemula' dan 'expert', the DIP bisa juga adalah long stretch yang bikin beda antara keberuntungan dan 'real accomplishment', dan situasi lainnya.

Kurva Kedua: CUL-DE-SAC, yaitu situasi dimana kita udah kerja, terus kerja, kerja lagi mati-matian, namun nggak ada perubaha signifikan yang kita rasakan. It doesn't get a lot better, but it also doesn't get worse, it just is.

Kurva ketiga: CLIFF (jarang ditemui, tapi bikin ngeri), yaitu situasi di mana kita nggak bisa 'quit' sampe akhirnya kita benar-benar jatuh, dan lalu semua hal lain di sekitar kita juga jadi berantakan. Mungkin kaya merokok: makin lama merokok, makin 'baik' rasanya untuk tetap merokok. Rasa sakit yang dihasilkan dari berhenti merokok, ya makin lama makin gede.

Saya nggak bisa jelasin seluruh isi bukunya disini. Tapi intinya, Godin bilang kalo if it is worth doing, pasti ada THE DIP. Karena THE DIP menciptakan kelangkaan, dan kelangkaan menciptakan 'value'. Karena biasanya orang sukses nggak akan lari aja dari yang namanya 'thedip'. They lean into the dip. They push harder, changing changing the rules as they go.
Kamu baca apa minggu ini?


Minggu ke #4: The Decision Book
If you deal with peopleon daily basis - either you're a teacher or top manager, you will have this same question everytime: How do I make a righy decision? This book does not provide you with a straight answer - whether it is right or wrong, but this book helps you with the frameworks (and there are 50!). They simplify, they sum up, the organise. They are pragmatic. They are methods - they ask you questions!

Some of you might question, why do we need decision making models? When we encounter chaos/conflicts, we want to structure it, to see it through, or at least to gain a better understanding of it. By doing so, we reduce the complexity of the problems and allowing us to focus on the most important stuffs.

What I like about the models in this book, they are structured in four big categories: 1) how to improve yourself; 2) how to understand yourself better; 3) how to understand others better; and 4) how to improve others better. The models that are explained are also diverse - from the well known SWOT model, the feedback model, the family tree, the maslow model, the pareto principle to the less known like the drexler sibbet, the hype cycle, the network target model, and many more.

However, if you apply these methods, you also need to be smart in applying which method for which situation. It's like getting the right questions for the relevant problems. Picking the right model help you to get the right decision!

Shat do you read today? Please share on the comments below or post on your own and tag me!


What do you read today? Please share on the comments below or post on your own and tag me!
📷: @christinewijaya



Itulah kesimpulan dari 4 buku yang telah dibaca dan dibagikan oleh Kak Iman Usman pada bulan juli yang lalu. Tunggu update-an selanjutnya ya buku apa saja yang dibaca pada bulan agustus ini.

No comments:

Post a Comment

Ada yang ingin kuliah ke luar negeri tapi masih memperbaiki bahasa Inggrisnya?

Berikut coba kami ulas tips-tips penting untuk meningkatkan kemampuan bahasa Inggris: 1.        Jangan pernah bilang tidak bisa bahas...